"Unzhur maa qaala walaa tanzhur man qaala.." [Ali ra]

Wednesday 20 July 2011

Ahlan wa Sahlan Ya...Ramadhan


Ahlan wa sahlan ya Ramadhan...ditulis oleh beliau Ustadz Syatori AR, Drs. Pengasuh Pondok pesantren mahasiswi Darush Shalihat Yogyakarta. Sebagai bekal menyambut Ramadhan 1432 H. Untukmu yang sedang merindu...
Semoga bermanfaat...

Ramadhan, harum baumu memutihkan kehidupan. Cerah wajahmu memerahkan nyali perjuangan. Rekah senyummu menguningkan padi ketundukkan. Lembut sapamu menghijaukan padang ketenangan...

Subhanallah, Tamu Agung itu...
Ramadahn, tamu agung yang diruindu itu sebentar lagi akan tiba mengunjungi hari-hari kita selama sebulan penuh.
Ya Allah,berkahilah Ramadhan kami kali ini, jadikan ia taman surga, tempat kami membebaskan diri dari segala jeratan belenggu hawa nafsu. Jadikan ia mentari selalu menerangi jalan hidup kami menuju surga-Mu...
Apa yang sudah kita siapkan?
Siapa pun tamunya, pasti membawa berkah, lebih-lebih tamu Ramadhan. Tapi siapkah kita menerima berkah Allah lewat Ramadhan ini? semua bergantung pada sikap terhadapnya, baik sebelum, ketika dan sesudah ia datang.

Adab menerima tamu
Islam menetapkan bahwa menerima tamu itu ada adabnya, yaitu ;
  1. Menyiapkan rumah kita agar tak terkesan sebagai rumah hantu.
  2. Membersihkan rumah dari segala kotoran yang mengganggu
  3. Menyiapkan hidangan terlezat selera “daqu”
  4. Menyambut dengan senyum menyentuh qalbu
  5. Menempatkan tamu di tempat yang nyaman

Rumah Hantu, Hati Hantu
Siapa pun tidak akan mau bertamu di rumah hantu, yaitu rumah yang pantasnya dihuni oleh makhluk hantu (pasti ngeri dan serem!!)
Hati hantu adalah hati yang di dalamnya tidak ditemukan sifat-sifat terpuji yang dibenci oleh para hantu bernama syetan, seperti : qana’ah, tawakal, khauf, roja’, ikhlas, rahmah dst. Justru yang bercokol dihati hantu adalah sifat-sifat tercela yang disuka hantu syetan, seperti ; syirik, nifaq, riya’, sum’ah, sombong, dendam, kiki dll.
Ramadhan tidak akan mau mengunjungi siapapun yang masih berhati hantu seperti ini. karena itu, inilah saatnya kita menghilangkan bahkan mengikis habis semua “hantu” yang masih bergentanyangan memenuhi jagat hati kita, dengan kita hunuskan pedang jihadun nafsi (berjuang melawan nafsu) dan kita babatkan ke nafsu yang telah menghantukan hati kita, dengan cara :
  1. Senyumlah kepada orang tidak kita suka
  2. Berikanlah segala yang kita suka (Alhamdulillah...)
  3. Beramallah dengan kebaikan yang nafsu kita sangat tidak suka (Laa ilaaha illallaah...)
  4. Balaslah keburukan orang dengan kebaikan yang paling ia suka (Allahu Akbar...)

Rumah kotor, Hati Kotor
Siapapun akan enggan bertamu di rumah yang kotor dan bau. Kalau pun terpaksa bertamu, hanya bisa bertahan beberapa menit.
Ramadhan adalah tamu yang sangat bersih dan suka dengan yang bersih. Maka ia sangat suka mengunjungi hamba-hamba yang berhati bersih, dan enggan serta tidak betah mengunjungi orang-orang yang berhati kotor dan bau. Sehingga orang-orang yang berhati kotor hanya mersakan kehadiran Ramadhan itu hanya dalam beberapa hari saja. Selebihnya tidak terasa lagi kehadirannya, adanya sama seperti tiadanya (Wal ‘iyadzu billah)

Hidangan Lezat, Hati Nikmat
Setiap tamu pasti senang disuguh hidangan lezat nan nikmat. Begitu pulalah tamu Ramadhan, yang sebentar lagi datang mengunjungi kita, sangat suka dengan hidangan-hidangan lezat lagi nikmat. Apakah hidangan itu? Bukan makanan. Bukan pula minuman, melainkan amal ibadah dan amal shalih yang telah kita rasakan nikmat-lezatnya sampai ke hati kita.
Amal ibadah dan amal shalih yang belum dirasakan nikmat lezatnya sampai ke hati, akan menjdai suguhan yang tidak enak bagi sang tamu Ramadhan. Akibatnya, diapun tida betah membersamai kita, dan kita pun damal 2 atau 3 hari kemudian merasakan letih, jenuh, dan bosa dengan mala-amal Ramadhan. Ramadhan pun “pergi” meninggalkan kita tanpa pesan, tanpa kesan.
Bagaimana caranya agar kita bisa menikmati lezati segala amal baik kita? Berikut langkah-langkahnya :
  1. Membeningkan hati sebening-beningnya
  2. Mengikhlaskan semua amal baik kita semata-mata karena dan untuk Allah
  3. Berjuang untuk tidak pernah henti mengamalkan segala kebaikan.

Senyum Ramadhan, bahagia Kita
Tamu mana yang tak senang disambut snyum tulus menawan. Ramadhan pun akan bahagia, saat dari “Jauh” ia melihat kita tersenyum bahagia menyambut.
Senyum kita adalah bahagia kita yang tak terperi, berseri bagai cerianya pagi hari menyambut hadirnya mentari, atau bagai sang putri yang mengimpikan menjadi bidadari.
Senyum kita kepada Ramadhan adalah buncahan rindu yang mensyahdu dalam suratan doa-doa yang tiada henti agar kita segera dipertemukan kembali dengan Ramadhan.
Senyum kita kepada Ramadhan adalah serpihan cinta yang menyatu dalam siratan khusyu’ khudu’nya hati kita dalam dekapan ta’abbud kepada-Nya.
Akhirnya, semoga kelak kita bisa menempatkan Ramadhan di tempat yang paling disukainya, yaitu hati yang telah berselimutkan iman dan ihtisab kepada Allah Ta’ala.
Iman akan membuat amal-amal Ramadhan kita lakukan semata-mata karena cinta kepada Allah Ta’ala dan rindu untuk berjumpa dengan-Nya di taman surga.
Ihtisab akan membuat semua amal baik kita di bulan Ramadhan ini kita lakukan semata-mata karena Allah, hanya ingin dibalas Allah Ta’ala. Dan cukuplah hanya Allah sebaik-baik yang memberi balasan.
Rasulullah SAW bersabda :”barangsiapa yang berpuasa(riwayat lain menyebut beribadah) di bulan Ramadhan, semata-mata karena iman dan ihtisab kepada Allah, maka akan diampunilah dosa-dosanya di masa lalu.” (HR. Muslim)
Semoga Ramadhan kita kali ini menjadi Ramadhan yang terbaik dalam hidup kita. Karena bisa jadi inilah Ramadhan kita yang terakhir...
Ya Allah akhirilah hidup kami husnul khotimah. Dan jadikanlah surga sebaik-baik tempat pertemuan kami dengan semua orang yang kami cintai, di alam akhirat nanti.

No comments:

Post a Comment