"Unzhur maa qaala walaa tanzhur man qaala.." [Ali ra]

Thursday 30 December 2010

Menjemput Rizeki

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, dan carilah karunia Allah...” [QS Al Jumu’ah : 10]

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya...” [QS Hud : 6]

Bertebaran dimuka bumi mencari karunia Allah sebagai wujud ikhtiar menjemput rizeki Allah. Rizeki yang Allah berikan untuk setiap makhluk-Nya. Tinggal kita mau menjemputnya atau tidak. Kamis, 30 Desember 2010 semestinya saya juga menjemput rizeki yang sudah pasti. Syaratnya sederhana saja, menghadiri rapat akhir tahun, maka tanda tangan kehadiran akan membuahkan uang minimal uang transport, makan siang [bisa jadi dapat bingkisan pula...]. Hari sebelumnya saya diberitahu teman bahwa undangan di meja kantor, dan saya berniat menghadiri acara tersebut berikut deretan acara yang akan saya lakukan setelahnya. Dengan rencana matang dan perkiraan sampai rumah sebelum maghrib atau jika kesorean agenda maghrib di masjid ketandan saja.

Prepare kostum sejak jam 5 wib sambil dengerin MQ Pagi. Session pertama Aa’ Gym dengan tema sedikit nyerempet-nyerempet final AFF semalam. Bahwa sebenarnya jika kita berhasil menjebol gawang lawan dengan gol, semestinya kita minta maaf [hehe...ada-ada saja]. Bahwa yang menang itu bukanlah yang unggul dalam mencetak gol, tapi yang menang adalah yang lebih sholeh. bahwa bisa jadi yang ada di stadion ‘ashar terlepas, maghrib terlewat, ‘isya sudah kelelahan. Saya berhenti menulis karena tiba-tiba saya melihat hitam-hitam bergerak. Astaghfirullah...Ular!! Sedang apa engkau di depanku? Menjemput rizeki atau menjemput maut? Sudah saatnya engkau menghadap Illahi, wahai ular!!! Alhamdulillah...insiden terlewat sudah.

Session kedua MQ Pagi Ustadz KH Miftah Faridl. Penjelasan Beliau berkaitan waktu. Waktu akan terus berjalan, kita ridho atau pun tidak ridho waktu akan terus bergulir. Dia tak kembali. Bahwa sebentar lagi tahun baru, tahun baru apa pun mestinya kita gunakan untuk instropeksi diri dari semua yang telah kita lewati, dan merencanakan apa yang akan kita jalani di tahun depan. Karena sebagai seorang muslim harusnya hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, hari esok lebih baik dari pada hari ini. Tahun ini lebih baik dari pada tahun kemarin, tahun depan lebih baik dari pada tahun ini. Sekarang hari Kamis, minggu depan juga ada hari kamis. Tetapi kamis hari ini tidak akan sama dengan kamis minggu depan karena kamis minggu depan sudah kamis 2011. Oleh karena itu kita sebagai muslim harus bisa memanajeman waktu dengan baik agar setiap waktu yang kita lewati bernilai ibadah.
Saya kemudian berpikir dan mengingat sesuatu. Dalam fisika, besaran-besaran fisika perumusan bentuk integral diferensial menggunakan fungsi waktu. Misalnya saja menentukan posisi suatu materi, perpindahan yang dilakukan materi, kecepatan materi, percepatan materi, gaya, momentum, impuls, dan lainnya. Ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh waktu terhadap suatu materi. Kita juga berlaku sebagai materi. Dan dalam hidup kita, kita juga menggunakan fungsi waktu. Kebermaknaan materi dalam sebuah fungsi akan terlihat dari besar kecilnya nilai. Nilai ini akan kita peroleh dari pengukuran, secara matematis memang kita menghitungnya. Segala sesuatunya terukur. Semua aktivitas kita terukur. Hasil pengukurannya adalah nilai. Yang menilai kita adalah Allah dengan istilah ridho Allah. Ridho Allah akan kita rasakan sebagai keberkahan. Keberkahan akan kita dapat jika kita meniatkan semua aktivitas ini untuk Allah semata, liLlahi Ta’ala. Mestinya pembahasan ini lebih dalam lagi, tapi pada akhirnya saya bersyukur, benarlah bahwa semua ilmu yang kita pelajari hakekatnya untuk lebih mengenal kebesaran Allah. Hamba ingin lebih mengenal-Mu ya Allah...

Jam 6an saya sms teman memberitahukan mengenai rapat hari ini sekaligus mempertanyakan kehadiran beliau, dengan asumsi anggap saja beliau belum tahu. Jika sudah tahu tak masalah. Ternyata beliau menunggu-nunggu undangan susulan via sms, dan pada akhirnya diputuskan tidak hadir jika sms undangan belum muncul. Saya jadi berpikir. Iya ya...tidak datang dan mengambil keputusan lain meski mengubah semua rencana kayaknya lebih bagus. Dengan mempertimbang hakekat waktu tadi akhirnya saya putuskan untuk tidak datang rapat dan melakukan aktivitas lain dengan mengharap ridho Allah sepenuh hati. Mempertimbangkan peran keberadaan saya di suatu tempat. Mempertimbangkan kebermanfaatan saya di suatu tempat. Saya lepas rizeki yang nyata pasti meski pada akhirnya beberapa teman mengingatkan dan mempertanyakan ketidakhadiran saya. Sebuah keputusan yang harus diambil meski sebenarnya bukan hal dilematis. Sederhana. Jadi diputuskan dengan sederhana pula. Karena adakalanya pertimbangan keberadaan kita itu tak hanya sekedar kita ada, tapi kita benar-benar dibutuhkan di beberapa tepat secara bersamaan. Hmmm...namun ternyata tak semua niat baik itu diterima baik pula. Bisa jadi saya melakukan kesalahan alur. Semua dimuarakan pada Allah saja. Sepertinya ini lebih menenangkan. Yang pasti...pada akhirnya, materi...bergeraklah sebagai fungsi waktu. Karena kita hidup bergayut waktu. Kumpulan dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan yang terus berulang. Akan bernilai lebih jika ditiap perulangan itu selalu lebih baik dari sebelumnya. Jemputlah rizeki dengan berusaha meraihnya. Tunaikanlah sholat dan bertebaranlah dimuka bumi. Hamasah!!!
Menikmati waktu kamis, 30 Desember 2010 dengan penuh mengharap ridho-Mu ya Allah. 

Ya Allah...terimalah segala yang kami lakukan sebagai amal di sisi-Mu, ampunilah khilaf kami jika terselip niat bukan karena-Mu, ampunilah dosa kami dengan Rahmat-Mu. Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau dan sungguh aku termasuk orang muslim. [QS Al Ahqaaf : 15]. Ya Allah...bahagiakanlah kami dengan kesadaran dan kesiapan untuk menerima segala apa yang engkau tetapkan serta mampu mensurgakan peran apa pun yang kami lakukan. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa yang kami butuhkan. Engkaulah Maha Pengabul segala doa kami. Amiiin [HEFB@Solikhin Abu Izzuddin]

Buah Mojo



Tuesday 28 December 2010

Akankah Seindah Bunga di Kakimu...?

Selasa pagi...

Kelas fisika. Berdiri di pojok kanan paling belakang, bersandar tembok. Kadang kedua tangan ini saya lipat ke belakang, sesekali bersedekap. Mendampingi senior saya di kelas fisika serasa diri ini memulai belajar fisika dari nol. Saya selalu mencermati alur, pola untuk sampai ke inti dari penjelasan yang beliau sampaikan. Tak kan saya biarkan pikiran saya keluar alur. Bahkan tanpa saya sadari kadang saya seakan terhipnotis dan dalam hati berkata oh, begitu ya[hehe...]. Tetapi sebenarnya bukan ini tugas saya di kelas. Sepertinya tak ada yang perlu saya lakukan pagi ini kata hati saya, kecuali... perhatikan depan saja.

Saya perhatikan depan dengan seksama, demikian pula seisi kelas. Keadaan ini berlangsung cukup lama. Tiba-tiba ada yang menoleh ke belakang [mencari saya kali...hehe]. Bola mata saya bergerak melihat dia, reflex kami tersenyum. “tenang, saya masih disini” kata saya dalam hati. Kami kembali focus ke depan. [Hikmah 1 : Sekali Anda mengalihkan pandangan dari lawan bicara itu menunjukkan Anda sedang tidak focus]. Selang tak berapa lama dia menoleh lagi. Saya kembali tersenyum, dia juga tersenyum, malu. Hanya dia yang menoleh ke belakang, berulang. Dan berulang juga saya tersenyum bahkan kadang saya barengi dengan mengangkat kedua alis saya dengan maksud mengingatkan dia agar memperhatikan ke depan. Kejadian ini berulang kali, waduh begini terus gimana ghodhul basharnya. Lama-lama saya menjadi curiga. Ada apa sih dengannya? Ini benar-benar menggangu konsentrasi. [Hikmah 2 : Tidak focus berulang kali menunjukkan Anda resah, apalagi jika sedang ujian, dapat menimbulkan su’udzon pengawas].

Capek berdiri saya duduk di kursi kosong. Kalem. Duduk di pojok untuk melihat depan justru mata ini dapat melihat jelas yang menoleh ke belakang dari tadi. Rambutnya lurus. Benar-benar lurus sampai-sampai rambut bagian atas berdiri..hehe..lucu. Postur tubuhnya sedang, sedang dalam masa pertumbuhan. Rambut yang duduk disampingnya juga setipe. Postur tubuhnya lebih kecil. Meski kasak kusuk di kursinya tapi dia tak memperdulikan saya. Mereka belum bisa dikatakan sebagai pria. Istilah cowok mungkin lebih pantas. Hmm berarti dalam masa pertumbuhan menjadi pria, pria muda. Dia sudah mengurangi menoleh ke saya. Kembali focus ke depan. Tiba-tiba ekor mata saya menangkap sesuatu yang aneh di kaki cowok ini. Celana panjang cowok ini sedikit terangkat. Kaos kakinya tenggelam ke dalam sepatu alias terlalu pendek hingga mata kakinya kelihatan. Tertangkap oleh mata ini bunga indah mekar di sekitar mata kaki bagian dalam kaki kiri. Apa karena menyimpan bunga di mata kaki hingga dia sering menoleh pada saya ya, kata-kata ini berkelebat di otak saya sampai-sampai kening ini sedikit berkerut. [Hikmah 3 : hati-hati dengan pandangan mata, efeknya sampai ke otak, bisa merambah ke hati lho....hehe]. 

Tema di depan intermezzo, hal ini sering saya lewatkan. Rehat. Sekarang saat saya melaksanakan tugas. Saya berdiri, melangkahkan kaki, cukup 2 langkah saja sampailah saya di samping pemilik bunga. “asli ya?” tanya saya setengah berbisik.[Hikmah 4 : Hati-hati memilih kosakata arahnya kemana, pujian, pernyataan, pertanyaan atau tuduhan] “apa Bu?” dia balik bertanya. “itu...dikakimu” kata saya sambil mata ini menunjuk kearah kakinya. “kok Ibu tau sih?” dia balik bertanya lagi sambil tersipu, malu. Ketahuan! [Hikmah ke 5 : Simpan bunga pada tempatnya, jika perlu berikan pada orang memerlukannya]Pria muda disamping pemilik bunga mulai tertarik dengan pertanyaan saya. “Hmmm...asli atau bukan?” tekan saya sekali lagi. “bukan Bu..” jawabnya sambil memperlihatkan bunganya. “kalau bukan tolong dihapus pakai air dulu sana” pinta saya. “Tidak bisa Bu” jawabnya. “Kamu gambar pake apa? boardmaker permanent?” “ini buatnya dengan bahan untuk ngecat rambut itu lho Bu..”tukas pria muda disamping pemilik bunga, “biar cantik kakinya,” lanjut dia sambil tangan kanannya menepuk-nepuk bahu pemilik bunga. “Oh, ya sudah besuk pagi saya lihat lagi, tolong dihapus ya...,” mau tak mau saya mencoba tersenyum [ada-ada saja, mana ada kaki cowok cantik :-p]. “Besuk belum bisa dihapus Bu..” jawab pemilik bunga “ya sudah besuknya lagi..” “ belum bisa Bu...” “jadi...kapan hilangnya?” “satu minggu Bu...” “OK...saya cek minggu depan.., coba dihapus pakai alcohol ya atau digosok-gosok pakai sabun” [Hikmah 6 : Perjelas permasalahan yang ada dan cobalah memberikan solusi, meski adakalanya belum tentu smart solution]

Selasa pagi minggu berikutnya...,

Mendampingi senior di kelas Fisika. Awalnya saya lupa dengan peristiwa selasa sebelumnya. Tetapi ketika mata ini menyapu seisi kelas eit...bunganya sudah layu atau belum ya? Muka pria muda ini mengingatkan saya pada bunga segar yang mekar di mata kaki kiri minggu lalu.  Senyum saya mengembang mengingat kejadian itu. Seperti biasa, saya memposisikan diri di belakang. Mencermati setiap alur, pola hingga diri ini mampu menyimpulkan inti dari semua penjelasan. Waktu berjalan, saat ada kesempatan saya dekati pemilik bunga, dan setengah berbisik disampingnya, ”Bunganya sudah hilang?” sambil tersenyum dia menunjukkan bunga pudarnya sambil menjawab,”Belum bisa hilang Bu...” Tak ada yang bisa saya katakan melihat bunga pudarnya.  Benar-benar tak sedap dipandang mata.  Saya paham betul, lukisan pada kulit dibuat dengan bahan semacam pacar, akan lama hilang.  Awalnya memang indah, namun seiring waktu keindahannya akan luntur. Lantas ... apa yang pria muda ini pikirkan saat dia menggambar bunga di mata kakinya? Perasaan apa yang menyeruak di hatinya saat melihat bunga mekar indah? Apa pula niatannya? Imajinasi  liar yang berkelebat dalam otaknya? Pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah saya luncurkan padanya. Dalam pikiran saya, jika gambar itu asli dan tidak bisa pudar, tentu akan saya sebut sebagai tato. Dan itu adalah sebuah pilihan hidup. Pilihan cita-cita masa depan yang di  ukir di masa muda. Meski tato tak menghalangi kesuksesan seseorang di negara ini. Setidaknya  anjuran saya menghapus bunga indahnya, membuat pria muda ini berpikir ulang ketika  ia memiliki hasrat menggambar lagi. [Hikmah 7 : Gunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu...

Bunga mekar indah di mata kaki itu memang sekedar gambar. Gambar yang bisa hilang  karena faktor waktu.  Jika gambar itu asli, haramlah hukumnya dalam Islam, bertato baik bagi laki-laki maupun perempuan. Bisa jadi pria muda ini belum mencermati  bahwa Ibnu Umar ra berkata,”Rasulullah SAW melaknat wanita yang menyambung rambut dan meminta disambungkan, juga wanita yang membuat tato dan memintanya.”(Muttafaq ‘alaih). Dalam hadits tersebut memang disebutkan wanita, karena kebanyakan wanita suka melakukan perubahan, tetapi hadits ini berlaku untuk laki-laki dan wanita. (Riyadhus Shalihin jilid 2-Imam Nawawi). Menurut Mahzab Syafi’i, tempat yang ditato najis, dan wajib dihilangkan bila tidak membahayakan bagi dirinya, namun bila membahayakan maka tidak wajib dihilangkan. Jadi dari pada membahayakan diri alangkah indahnya jika kita menjaga diri ini untuk tetap pada rel yang benar dan jelas. Boleh boleh saja kita menyukai bunga, karena dari keindahan bunga kita bisa mengambil ibrohnya. Bunga mampu menggambarkan keindahan, kecantikan, keharuman, cinta kasih, kesucian, ketegaran, dan lainnya. Jika saja yang digambarkan bunga itu ada pada akhlak kita, hmmmm...sungguh mengagumkan. Wahai pemilik bunga, apakah akhlakmu akankah seindah bunga di kakimu...? Semoga...masih banyak kesempatan.[Hikmah 8 : Hidup menuju zona bahagia saja deh...yang syar’i, ga usah neko-neko]


Anggrek Tanah (Bunga Kesabaran)





Monday 27 December 2010

Tips Membangun kedekatan Anda dengan Bayi Anda

Rabu, 22 Desember 2010 jelang matahari tenggelam. Saya dan beberapa teman sepakat silaturahmi ke rumah salah satu teman seperjuangan, dimana seminggu sebelumnya beliau mendapat amanah Allah seorang bayi laki-laki. Putra pertamanya. Tak menyengaja bertepatan dengan hari ibu, semula rencana kami hari senin tapi berhubung hujan akhirnya kami undur. Sesampai rumah beliau, kami mesti menunggu beberapa saat untuk bisa menemui beliau. Bisa jadi karena kedatangan kami waktu sibuk-sibuknya mengurus diri dan sang bayi. Nah, ternyata sang bayi mungil lebih siap menemui kami terlebih dahulu dalam gendongan tantenya. Saya mengenal sang tante lebih awal dari pada teman saya. Usianya masih belasan, duduk di sekolah menengah. Tetapi sikapnya mengendong, mengajak bicara ponakan mungilnya jauh lebih luwes dibanding saya [hehe...saya masih belum bisa fasih berkomunikasi dengan bayi yang belum bisa diajak bicara, belum waktunya kali ya...]. Tante muda ini terus mengajak bicara ponakan mungilnya, meski bayi mungil itu tidak merespon sedikitpun. Kadang jika ada kosakata yang tidak saya pahami saya bertanya,”apa tu maksudnya”. Saya mengamati sikap tante muda ini sambil tersenyum-senyum. Dia memang pantas dan hebat jadi tante. Tentu saja ibunya lebih hebat lagi. Ketika ditanya apa karena dia sudah biasa dengan profesinya sebagai perawat, dia menjawab sambil tersenyum, ”Tidak juga..., biasanya masih takut juga menggendong bayi orang, tapi naluri ibu akan muncul jika punya bayi sendiri. Tapi saya masih dibantu Ibu untuk memandikan.”

Ya... Menjadi ibu dengan predikat pemula memang perlu belajar banyak hal. Mungkin demikian juga untuk Anda, dan pastinya saya [^_^ sambil tersipu,...malu]. Tante muda dan teman saya tadi belajar mengenali bayi mungilnya agar mereka mampu mensikapinya dengan tepat. Tulisan saya ini akan mengulas beberapa hal tips membangun kedekatan Anda dengan bayi Anda dengan harapan dapat bermanfaat untuk kita.

Bayi Anda mulai menggunakan daya pikirnya sejak lahir. Semakin Anda memahami apa yang dipikirkan bayi Anda, maka Anda akan semakin mengenalnya dengan baik. Hal ini disebabkan karena kemampuan berpikir bayi berkembang lebih awal daripada kemampuannya berbicara. Mengetahui apa yang bayi Anda pikirkan akan membantu Anda mengetahui keinginan bayi. Rangsangan (stimulus) yang Anda berikan pada bayi juga membantu perkembangan otak bayi yang masih terus berkembang. Stimulus ini dapat membantu mengembangkan daya berpikir bayi sebaik mungkin. Kedekatan Anda dengan bayi juga akan berdampak besar terhadap perkembangan emosi bayi di masa datang.

Berikut tips membangun kedekatan Anda dengan bayi Anda ;
1. Tataplah bayi Anda saat dia minum ASI/makan. Kapan pun jika memungkinkan arahkan wajahnya kepada Anda sehingga wajah Anda terlihat jelas olehnya. Ada yang perlu digarisbawahi disini bahwa penglihatan bayi berjarak sekitar 20-30 cm (8-12 inchi) dari ujung hidungnya. Ini adalah jarak normal dari wajah Anda dalam memeluk bayi, atau ketika Anda memberi ASI/makan. Jika ini sering dilakukan maka bayi akan terbiasa melihat wajah Anda dan insya Allah dia akan menikmatinya.
2. Tersenyumlah sebanyak mungkin pada bayi Anda, meski dia tidak membalas senyuman Anda. Senyuman yang Anda curahkan padanya akan memberikan kehangatan emosional. Untuk kita saja berkaitan dengan senyum dan berwajah berseri, berkata Abu Dzar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah sekali-kali kamu meremahkan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya dengan wajah berseri saat bertemu dengan saudaramu.”(HR. Muslim) Nah...yang dewasa saja perlu kehangatan emosional apalagi bayi kita...
3. Tenangkan bayi Anda sebisa mungkin saat dia menangis, meski Anda belum mengetahui penyebab dia menangis.
4. Bicaralah pada bayi Anda di setiap kesempatan ; saat memberi ASI, saat memberi makan, mengganti popok, dan saat bermain-main dengannya. Kata-kata Anda akan memperkuat hubungan Anda dengannya. Pada umumnya, bayi lebih sensitive pada suara yang memiliki nada tinggi, inilah sebabnya bayi lebih respon pada suara ibunya dari pada suara ayahnya. Anda dapat memilih kata-kata yang berbobot, mulia, benar, lurus, sopan, elegan penuh kelembutan. Kesempatan ini dapat Anda gunakan untuk mengenalkan Allah pada bayi Anda. Dalam QS Al Anfal ayat 45 Allah berfirman“...dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya (zikir dan doa) agar kamu beruntung.” Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah bersabda, “telah unggul orang-orang yang menyendiri(untuk beribadah).” Mereka bertanya,”Apa maksud orang yang menyendiri? Beliau menjawab,”Orang yang selalu zikir dan banyak mengingat Allah baik dari kaum laki-laki maupun perempuan” (HR. Muslim)
5. Saat Anda memeluk bayi Anda, sentuhlah pipi dan dagunya dengan lembut penuh cinta atau mencium tangan dan wajahnya. Tentu dia kan merespon dengan menggerakkan kakinya karena senang. Riset membuktikan bahwa bayi perempuan lebih sensitive terhadap sentuhan dibandingkan bayi laki-laki, tetapi pada umumnya semua bayi suka dengan kontak fisik ini. Pelukan yang Anda berikan dapat memberikan rasa aman, nyaman dan terjaga bagi bayi. Jangan biarkan bayi Anda berpikir, “ dimana ibuku?”

Segala sesuatu yang berkaitan dengan bayi sejak lahir hingga pertumbuhannya, semua serba menakjubkan. Membuat tersenyum semua orang. "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani dan majusi" (H.R.Bukhari & Muslim). Jadi...layaklah jika kita menjaganya, merawatnya, mendidiknya dengan penuh kasih sayang sehingga dia tumbuh menjadi generasi penerus yang bertakwa. Karena dia adalah aset kita di dunia dan akhirat sebagai anak yang sholeh. Pantaslah jika kita selalu melantunkan do’a penuh harap... “Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyayang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” QS Furqaan : 74

Special Thanks for : Mbak Ana n jundi
Sumber : Al Qur’anul kariim
Imam Nawawi “Riyadhus Shalihin”
Dr.Richard Woolfson “What is my baby thinking”
Senyum bayi Ghozian Adlan

Doa Nabi Daud

Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada Mu, cinta Mu dan cinta orang-orang yang mencintai Mu serta cinta yang dapat mendekatkan aku kepada cinta Mu.
Ya Allah apa yang Engkau anugrahkan kepadaku dari apa-apa yang aku cintai, maka jadikanlah ia sebagai kekuatan bagiku tentang apa yang Engkau cintai, dan apa-apa yang Engkau singkirkan dariku dan apa-apa yang aku cintai, maka jadikanlah ia kekosongan bagiku
Ya Allah jadikanlah cinta Mu sesuatu yang paling kucintai daripada cintaku kepada keluargaku, hartaku dan air dingin saat dahaga
Ya Allah buatlah aku mencintai Mu,Malaikat-malaikat Mu, Nabi-Nabi Mu, Rasul-Rasul Mu, dan hamba-hamba yang shalih
Ya Allah hidupkanlah hatiku dengan cinta Mu dan jadikanlah aku bagi Mu seperti yang Engkau cintai
Ya Allah jadikan aku mencintai Mu dengan segenap hatiku dan ridho kepada Mu dengan segala usahaku
Ya Allah jadikanlah segenap hatiku bagi Mu dan seluruh usahaku didalam keridhoan Mu
(HR Tirmidzi)