"Unzhur maa qaala walaa tanzhur man qaala.." [Ali ra]

Friday 23 December 2011

Ini Dia Ritual Bermobil di Jalan A. Jazuli Yogyakarta


Selalu berminat ikut teman jalan-jalan ibarat sambil menyelam minum air. Itu yang tertanam dalam diri saya. Pertama, adakalanya karena saya memang punya agenda belanja. Kedua, sekedar diajak menemani mereka jalan-jalan. Untuk yang pertama kelihatan untung di saya karena nebeng, hemat bensin, bisa jadi malah dapat traktiran, hehehe. Alasan kedua kesannya saya membuang waktu. Oh tidak, itu hanya kesan, saya justru menikmatinya. Bukan menikmati waktu yang terbuang, tapi justru saya belajar banyak dari teman-teman. Berusaha mengambil hikmah dari segala yang saya lakukan. Diantaranya, saya menjadi semakin tahu tempat-tempat belanja hemat isi kantong. Ini penting bagi saya, entah bagi kaum hawa lain. Juga, saya menjadi lebih tahu dimana saja bisa membeli barang-barang branded. Ehm...
Demikian halnya jelang sore itu, kamis jam 14an. Saya dengan sengaja ikut teman jalan-jalan ke malioboro. Kedua alasan saya pegang teguh. Pertama, karena arah belanja teman searah dengan barang yang ingin saya beli. Kedua, teman saya ingin survai karpet. Nah...dapet semua deh, saya beli sesuatu dan lebih tahu karpet dengan harga miring. Sebenarnya agenda rutin jam 16an hari kamis adalah ke Pogung Baru. Jadi kami harus gerak cepat. Tas laptop kami taruh di bagasi biar aman plus hemat energi. Selalu belanja dengan uang tunai, bawa uang secukupnya untuk nge-rem keinginan membeli barang-barang di luar rencana.
Mencari tempat parkir dekat dengan tempat belanja bukan hal yang mudah jika bermobil ke malioboro. Akhirnya teman saya memarkir mobilnya di jalan Suryatmajan. Mulailah kami menyusuri toko-toko. Dunia plastic, cek harga juga gambar karpet yang dicari, hasil gambar tidak sama. Matahari, disini tujuan saya, hasil sukses. Liman, cek harga juga gambar karpet yang dicari, hasil gambar dan harga tidak sesuai keinginan. Beralih ke matahari muslim, teman saya mencari mukena, hasil belum ada yang sesuai selera. Sekarang menuju AL-Fath cari mukena sekaligus nebeng sholat ‘ashar.  Eh, belum nemu yang pas juga nih mukena. Akhirnya kami putuskan balik. Waktu hampir menunjukkan jam 16an. Survai karpet belum berakhir, masih ada toko manis di jalan Joyonegaran yang belum di kunjungi. Dari Suryatmajan mesti muter dulu melalui jl Suryopranoto – jl P. Senopati – jl KH. Ahmad Dahlan – jl Bayangkara – jl Joyonegaran. Dengan mempertimbangan waktu akhirnya kami memutuskan untuk ke Pogung dulu, ke manisnya setelah selesai dari Pogung. Eeeittt...mobil terlanjur ambil sisi kanan masuk Mayjen Suryopranoto ke arah selatan. Yah...mesti muter balik, berhasil! Berhasil muter  di depan Progo. Dilema lagi. Ke Pogung lewat mana? Saya sih milih melewati Jalan Kaliurang. Tapi teman saya lebih memilih jalan yang biasa dia lewati, Monjali. Ya sudah...berarti rutenya terdekat dari jl Mataram-Abu Bakar Ali arah Kota Baru [jembatan Kleringan masih dalam tahap pembuatan saat itu]-jl. A. Jazuli-jl. Sunaryo-Jendral Sudirman-Am Sangaji-Monjali-Tirta Marta-Pandega Marta-Pogung blok F70.  
Terlambat. Bisa dipastikan begitu. Selain jauh, bertepatan jam sibuk pulang kantor pula. Dari jl Mataram kami ambil arah Kota Baru. Melewati jembatan kali Code  Abu BAkar Ali teman saya bilang, “naik mobil lewat sini  jendelanya harus terbuka, apalagi kalau sudah belok”. Saya ngikut saja tekan tombol buka jendela, sedikit. “turun lagi” kata teman saya. Saya pikir-pikir masak iya sih? Saya tentu saja tidak tahu hal ini. karena saya langka melalui jalan ini bermobil. Apa karena lewat timur Gondolayu? Apa hubungannya menyusuri Kali Code dengan jendela mobil terbuka? Ketika mobil mulai belok ke arah A. Jazuli teman saya bilang lagi, “turunkan lagi jendela, lewat sini itu jendela kiri mobil harus terbuka lebar”. 75% jendela mobil turun. Ritual macam apa ini. “ Sekarang jalannya pelan-pelan,” kata teman saya. Apa lagi ini pikir saya. “Nah...tengok ke kiri” kata dia sambil tertawa. Hah? Jadi ini yang dimaksud dari tadi? “Saya kalau lewat sini suka sekali, jendela mobil dibuka lebar supaya bisa lihat bunga-bunga dengan leluasa” kata teman saya sambil tertawa.  Bunga sih saya tahu karena di sepanjang A. jazuli berderet toko bunga. Berwarna warni. Saya pun selalu tertarik dan memperlambat laju motor jika lewat jalan ini. Hehehe...di kerjain deh saya. Begini ya ritual melewati A. Jazuli. Buka jendela mobil Anda, pelankan laju mobil, tengok ke kiri lalu...perhatikan apa yang terjadi.
Sepanjang perjalanan kami tak ada ritual resmi apa pun lagi. Sejauh yang saya ketahui dan saya lakukan memang tidak ada ritual tertentu di jalanan. Jika toh ada mungkin itu berawal dari keinginan tersembunyi seperti teman saya tadi. Km 97? Wallahu’alam

Sunday 4 December 2011

PENGHAPUS DOSA


Sepuluh kesempatan bagi umat Islam agar bisa terhapus dosa-dosanya, yaitu ;
1.    membaca istighfar (memohon ampun),
2.    taubat,
3.    mengerjakan amal-amal kebaikan yang menghapuskan dosa, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat". (QS : Hud :114)
4.     berbagai musibah yang menimpa diri manusia yang lemah karena dosa yang telah dilakukannya. Yang paling berat adalah musibah yang mengantarkannya pada kematian dan yang paling ringan adalah duri yang menusuk dirinya serta teriknya sinar matahari yang menyengat tubuh.
5.    doa orang-orang mukmin shalih yang diperuntukkan bagi yang bersangkutan.
6.    kerasnya rasa sakit saat meregang nyawa dan kesulitan yang dialami oleh orang yang bersangkutan saat menghadapi kematiannya yang kepedihan dan rasa sakitnya tak terperikan
7.     Adzab khubur.
8.    ketakutan yang sangat pada hari menghadap kepada Allah Ta'ala pada hari Kiamat nanti. Itulah saat kita keluar dari kubur kita dalam keadaan menangis karena berdosa seraya memikul semua kesalahan dan kedurahakaan yang telah kita lakukan, lalu kita datang untuk dihadapkan kepada peradilan Allah Ta'ala.
9.    syafa'at Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, syafaat para wali, dan syafaat orang-orang yang shalih.
10. rahmat dari Yang Maha Penyayang diantara para penyayang. Saat semua rahmat telah habis, semua pintu telah tertutup, dan habislah semua kemampuan para hamba. Saat itulah datang pertolongan dari Allah Yang Maha Esa lagi Maha Membalas dan datanglah rahmah dari Allah Ta'ala, lalu Dia merahmati, menolong, dan menyayangi. Maka rahmat-Nya adalah akhir dari segalanya, yaitu rahmat dari Yang Maha Penyayang diantara para penyayang.

Selanjutnya Ibn Taimiyah mengatakan, bahwa barangsiapa yang terlewatkan dari sepuluh macam penghapus dosa ini, maka sesungguhnya dia pasti masuk neraka dengan sebenarnya, karena sesungguhnya dia telah lari dari Allah seperti unta yang lari dari pemilikinya dan dia telah pergi dari Allah, sebagaimana seorang budak pembangkang yang pergi dari tuannya.

Sumber Aidh Abdullah al-Qarni