Judul ini adalah kosakata yang amat sangat familiar bagi saya. Familiar bukan berarti paham alias memaknai juga fasih menjalankan judul tersebut lho! Setidaknya mencoba selangkah demi selangkah menuju ke arah itu. Membaca twitt Ustadz Salim malam ini menggerakkan jari-jari saya menekan tuts-tuts keyboard agar isi twitter melegenda di jiwa saya mengalir lembut hingga menyentuh sejuk ke hadapan Anda. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, sebuah pesan langsung dari Allah, pesan yang dijabarkan Ustadz Salim dalam twitter beliau dengan hastag #MingMal. Mencicipi surga di dunia sebelum surga, hmmmm...
- Selalu ada waktu yang harus terluang untuk keluarga; yang tentang mereka Allah akan pertanyakan kepemimpinan & bimbingan kita.
- Seruan awal pada Sang Nabi; “Dan beri ingatlah keluargamu yang terdekat!” (QS 26: 214), maka hikmah & nasehat adalah hak mereka.
- Allah katakan “Jaga dirimu & keluargamu dari api neraka!” (QS 66: 6); maka terhajat kebersamaan penuh keteladanan, penuh makna.
- Ya, anak & isteri adalah kesenangan hidup di dunia. Maka tugas kita mengupayakan; agar kelak berkumpul bahagia lagi di surga.
- Dan juga, mereka adalah titipan; maka kita harus jaga agar kelak saat dikembalikan pada Allah, semua sesuai awalnya: fithrah.
- Merekapun fitnah & ujian. Dalam membersamai & menyenangkan mereka, bergulatlah hasrat dengan keterbatasan; lalu teruji ketaatan.
- Berbahagialah suami & ayah, yang memastikan tiap suapan ke mulut isteri-anak & tiap yang dikenakan, halal-thayyib tak meragukan.
- Bahagialah suami & ayah; membimbing isteri & anak mengulang hafalan, tadabburi Quran, mengisah penuh cinta sirah Nabi & sahabat.
- Berbahagialah suami & ayah; yang khusyu’ menangis mendoakan keselamatan, keberkahan, serta kebaikan anak-isteri & keturunannya.
- Berbahagialah suami & ayah; mengecupkan doa perlindungan & cinta saat isteri-anaknya lelap tidur, atau saat berpamit bepergian.
- Berbahagialah suami & ayah; syukur & takjubi kemajuan isteri & anak dalam berkebaikan; lalu ada peluk, doa, & hadiah sederhana.
- Berbahagialah suami & ayah; menjadi kebanggaan anak-isteri, tapi tak menumpulkan pengembangan diri mereka dalam hidup berbakti.
- Tanggungjawab suami & ayah demikian agung; seakan saat isteri dinikahi & anak dilahirkan; mereka bersabda: bawa kami ke surga!
- Bahwa terkisah Nuh beserta isteri & anak nan durhaka; itulah penyadar bahwa suami & ayah tak punya kuasa atas jiwa nan dicinta.
- Bahwa hidayah tak menjadi hak ayah & suami, hattapun seorang Nabi. Yang kita pertanggungjawabkan ikhtiyar kita, bukan hasilnya.
- Betapa agung Allah yang mensyariatkan nikah & keluarga; sebagai amanah, ujian, & kesenangan; terciciplah surga sebelum surga.
Lantas... sudahkah kita mencicipi surga sebelum surga?
No comments:
Post a Comment