Masih dalam bahasan pernikahan melalui twit Ustadz Fauzil Adhim. Membahas tentang mahar, niat, juga ilmu. Semakin tercekat diri ini disebabkan oleh pertanyaan bersliweran di pikiran. Seberapa lurus niat saya untuk menikah, seberapa banyak ilmu tentang pernikahan, seberapa besar kemampuan saya meng-ilmu-i semua itu. Seberapa yakin saya akan janji Allah, seberapa besar taat diri ini akan perintah-Nya, seberapa semangat diri ini dalam mem-bagus-kan diri. Satu hal yang mesti saya teguhkan, yakni apa sih keinginan saya sebenarnya. Twitt Ustadz Fauzil malam ini benar-benar luar biasa. Mari kita cermati bersama-sama, semoga bermanfaat dan meng-inspirasi...
1. Bersebab halusinasi bahwa Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam memberikan mahar hingga milyaran rupiah nilainya, >>
2. >> seorang akhwat bahkan bersungut-sungut menolak bahwa Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam adalah penggembala.
3. Padahal riwayat yang menunjukkan setiap nabi pernah menjadi penggembala adalah shahih.
4. Mereka demikian trpukau dg ucapan sbagian manusia yg mengatakan bahwa Rasulullah saw sudah mulai menjalankan bisnis di usia 8 tahun.
5. Padahal inilah usia ktk Muhammad saw berpindah pengasuhan dari kakeknya, Abdul Muthalib, kpd pamannya: Abu Thalib.
6. Ingatlah nasehat Umar bin Khaththab ra., “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam menetapkan mahar para wanita >>
7. >> karena jika mahar itu dianggap sebagai pemuliaan di dunia atau tanda takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala >>
8. >> tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dahulu daripada kalian untuk berbuat demikian.” (Riwayat Abu Dawud).
9. Ini merupakan riwayat yang shahih dan bertutur tentang apa yang seharusnya kita perhatikan saat menikah >>
10. >> sekaligus menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak pernah berlebihan dalam memberikan mahar.
11. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah brkata bahwa mahar yg diberikan oleh Nabi saw tidak pernah melebihi 500 dirham.
12. Berapakah nilainya 500 dirham itu? Ukurlah nilainya saat itu di sana (catat: DI SANA!), lalu takarlah menurut ukuran sekarang di sana.
13. Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah bin Baaz menunjukkan bahwa 500 dirham setara dg lebih kurang 130 riyal.
14. Ini dapat kita jumpai pada buku Fatwa-Fatwa Terkini (Darul Haq). Jika dirupiahkan, lebih kurang sama dengan Rp 325.000,-. Nah.
15. Maka, apakah yang menghalangi kita untuk meringankan mahar jika ini menjadi jalan kebaikan?
16. Bukankah kita menyimak membaca dalam riwayat bagaimana Rasulullah saw mnyerukan kpd kaum muslimin u/ memudahkan mahar.
17. Ketika seorang laki-laki tak sanggup memberikan mahar dalam bentuk harta berharga, Rasulullah saw bahkan bersabda, >>
18. >> “Carilah sekalipun cincin yang terbuat dari besi" (HR. Bukhari).
19. Dan ketika cincin yg terbuat dari besi pun tak dapat dtemukan lelaki itu, Nabi saw menikahkan dg mahar bacaan bbrp ayat Al-Qur’an.
20. Semoga Allah Ta’ala limpahkan barakah kepadamu dan semoga Allah ‘Azza wa Jalla kumpulkan kebaikan engkau berdua dalam kebaikan, >>
21. >> lalu menghimpunkan engkau bersama orangtua dan keturunanmu di sebaik-baik tempat, yakni surga, >>
22. >> bersebab kesungguhanmu untuk melaksanakan sunnah dan keridhaanmu menjalani pernikahan yang amat sederhana.
23. Semoga pula Allah Ta’ala ringankan jalan menuju pernikahan, dekatkan jodoh dan menyegerakan datangnya saat untuk menikah.
24. Lalu, apa yang harus engkau lakukan jika jodoh tak kunjung datang meski ikhtiyar tak putus-putus engkau lakukan?
25. Bersabarlah & kemudian bersabarlah. Apa yang Allah Ta’ala takdirkan bagimu akan terjadi, sbgmn telah tetapnya kematian atas kita.
26. Tidak penting kapan kita mati, yang paling penting adalah bagaimana kita mati.
27. Atas perkara jodoh, penuhilah segala yang menjadi asbab terjadinya pernikahan yang barakah.
28. Jika Allah Ta’ala telah tetapkan bagimu jodoh di dunia, maka kesungguhanmu dalam menetapi apa yang seharusnya engkau lakukan, >>
29. >> semoga menjadi asbab Allah Ta’ala limpahkan kebarakahan hidup dan kebarakahan pernikahan bagimu.
30. Adapun jika Allah ‘Azza wa Jalla telah tetapkan tidak adanya kesempatan bagimu untuk menikah, >>
31. >> maka kesungguhanmu dalam bersiap tetaplah merupakan kebaikan yang mulia.
32. Baguskanlah dirimu. Perbaiki akhlakmu. Dan janganlah engkau berputus asa dari rahmat Tuhanmu.
33. Semoga kesungguhanmu membaguskan diri mnjadi asbab u/ dperjumpakannya engkau dg orang yg amat tinggi kemuliaan agama dan akhlaknya.
34. Menata niat dan membekali diri dengan ilmu sebelum menikah benar-benar perkara yang sangat penting.
35. Tapi bukan berarti pernikahan menjadi akhir dari keharusan untuk senantiasa berbenah dan menjaga niat.
36. Menata hati tak mengenal kata putus, sebab pada segumpal darah inilah baik dan buruknya diri kita ditentukan.
37. Jika hari ini kita mampu zuhud dan qana’ah, bulan depan belum tentu jika kita tidak gigih menjaga hati.
38. Terlebih ketika berduyun-duyun manusia menyeru kita untuk kaya dan meletakkan kemuliaan pada banyaknya harta.
39. Di antara mereka ada yang merangkai dengan kisah-kisah yang seakan sunnah untuk menguatkan seruannya.
40. Letak masalahnya bukan pada kekayaan, tetapi pada orientasi kita.
41. Jika kita telah mngalami perubahan orientasi dari akhirat kpd dunia, maka trjadi pula perubahan dlm brbagai aspek kehidupan kita, >>
42. >> termasuk bagaimana kita memandang manusia maupun penampilan. Dari sini, banyak hal bisa terjadi.
43. Bermula dari berubahnya orientasi hidup, rumah-tangga yang awalnya penuh kesejukan, dapat berubah menjadi gersang dan hampa.
No comments:
Post a Comment