Semula kau ku anggap pelita dalam hidupku
Semula kau ku anggap mata air bersama hatiku
Kau basuh kegundahanku dengan gelak tawa ceriamu
Kau siram kegelisahanku dengan cerita manismu
Selalu kurasakan senangnya hati denganmu
Selalu kuharapkan saat-saat kehadiranmu
Kau basuh keresahanku dengan kisah-kisah indahmu
Kau siram kedukaanku dengan semua dustamu
Serasa terjaga
Dalam mimpi setelah aku sadari
Engkau berlabuh
Hanya dikala suka tiada kala ku duka
Itukah persahabatan
Serasa terjaga
Dalam mimpi setelah aku sadari
Engkau berlabuh
Hanya dikala suka tiada kala ku duka
Itukah persahabatan
Yang engkau tawarkan
Tak pernah nyata tak terbalaskan
Oh betapa kecewaku padamu
Betapa kecewa sahabatku
Wahai Illahi Rabbi
Berilah aku ketajaman mata hati
Sahabat sejati
Kumencari sahabat sejati
Semula kau ku anggap mata air bersama hatiku
Kau basuh kegundahanku dengan gelak tawa ceriamu
Kau siram kegelisahanku dengan cerita manismu
Selalu kurasakan senangnya hati denganmu
Selalu kuharapkan saat-saat kehadiranmu
Kau basuh keresahanku dengan kisah-kisah indahmu
Kau siram kedukaanku dengan semua dustamu
Serasa terjaga
Dalam mimpi setelah aku sadari
Engkau berlabuh
Hanya dikala suka tiada kala ku duka
Itukah persahabatan
Serasa terjaga
Dalam mimpi setelah aku sadari
Engkau berlabuh
Hanya dikala suka tiada kala ku duka
Itukah persahabatan
Yang engkau tawarkan
Tak pernah nyata tak terbalaskan
Oh betapa kecewaku padamu
Betapa kecewa sahabatku
Wahai Illahi Rabbi
Berilah aku ketajaman mata hati
Sahabat sejati
Kumencari sahabat sejati
No comments:
Post a Comment