Bismillah ...
“(Mereka berdo’a), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. Ya Tuhan kami, Engkau-lah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.” Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. [Qs Ali ‘Imran : 8-9]
Esok, kita tidak tahu apa yang bakal terjadi, 20 menit ke depan kita pun tidak tahu apa yang akan terjadi, bahkan dua detik ke depan kita tak kan pernah tahu apa yang akan terjadi. Semua Allah yang mengatur. Hanya kepada-Nya lah kita mesti berharap. Dan atas karunia juga rahmat-Nya lah tulisan ini terhaturkan.
Hidup layaknya garis lurus, ada pangkal, ada ujung. Pangkalnya lahir, ujungnya kematian. Kita tak kan tahu kapan kita akan bertemu dengan ujung garis hidup kita. Yang terpenting adalah dari pangkal hingga ujung berisi amal semata. Apa pun amal yang dilakukan, semua tergantung dari niatnya. “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim).
Cukuplah Allah saja yang dituju dari setiap amal yang kita lakukan. Kepada Allah dan Rosul-Nya kita berhijrah. Hijrah secara maknawi diartikan sebagai perpindahan dari tempat satu ke tempat yang lain. Dengan harapan memperoleh yang lebih baik.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” [Qs. Al Hasyr : 18]. Ujung garis hidup kita harus dalam keadaan siap. Dengan taqwa, kesiapan itu direncanakan. Hijrah dapat digunakan sebagai salah satu upaya merencanakan hari esok. Hijrah harus memberikan perubahan. Jika tidak perubahan, belum hijrah namanya. Misal hafalan dari dulu hingga sekarang masih 4 surat pendek dalam Al Qur’an. Perubahan untuk lebih baik di hari esok menuju ujung garis kehidupan. Orang yang paling cerdas, dialah yang paling banyak mengingat mati. Sehingga setiap perubahan diusahakan menjadi bekal untuk kehidupan sesudah mati.
Adapun macam hijrah ;
- Hijrah makani, yaitu hijrah tempat. Di zaman ini hijrah makani harus dilakukan jika lingkungan tempat tinggal sekarang tidak aman, tidak kondusif untuk taat pada Allah, maka semestinyalah melakukan hijrah makani.
- Hijrah qalbi, ialah hijrah hati. Hijrah dari kemusyrikan menuju tauhid. Hijrah dari ketergantungan pada makhluk (manusia) menuju ketergantungan mutlak ke Allah. Hijrah dari tujuan dunia menuju ke yakin pada Allah. Belajar dari Siti Hajar ketika ditinggal Nabi Ibrahim di lembah yang gersang. Karena tauhid lah Siti Hajar “berbuat sesuatu”, tidak diam. Terus bergerak hingga menyejarah.
- Hijrah amaly, yaitu hijrah dari berbuat yang tidak bermanfaat ke hijrah perbuatan yang jauh lebih bermanfaat. Misal dalam menghantarkan anak ke tempat tidur. Hendaknya anak dihantar dengan cerita atau dongeng yang membangun akhlak. Jangan biarkan anak dihantar tidur oleh televisi. Hijrah dari tidak tahu menjadi lebih tahu, hijrah dari tahu menjadi lebih tahu. Hijrah lebih tahu menjadi beramal sholeh, hijrah dari beramal sholeh menuju istiqomah. Hijrah dari istiqomah menuju penjagaan keikhlasan. Hijrah dari belum baik menjadi baik, Hijrah dari baik menjadi lebih baik. Hijrah dari lebih baik menjadi paling baik (ahsanu 'amala).
Tahun baru hijrah hendaknya menjadi awal memperbaiki diri. Hijrah menuju kebaikan diri luar dan dalam. Memang fisik tidak bisa menjadi ukuran, tapi jika akhlak diri cantik maka fisik pun akan terlihat menawan. Ibarat buah jeruk yang dijual. Dari luar pun jeruk berkualitas bagus bisa terlihat, demikian pula jeruk tak berkualitas akan sangat terlihat. Dengan semangat tahun baru hijriyah, mari jadikan diri lebih baik untuk hari esok.
Kenangan bersama Teh Ninih dalam takbir akbar di Langenastran no 9 Yogyakarta, 19-11-2011, untuk pertama kalinya dicium beliau. Semoga ketularan kesholihatan, keanggunan, kekaleman, keramahan, kesantunan beliau. “Hijrah hati itu yang paling sulit,” tutur beliau.
Tanpa mengurangi inti dari tausiyah beliau, tulisan ini berbenah disana-sini. Semoga bermanfaat. Semoga Allah SWT memudahkan jalan para pencari hidayah, memudahkan setiap niat dalam beramal sholeh, meneguhkan dalam keistiqomahan, memudahkan keikhlasan tersimpan dalam qalbu. Aamiiin... []
No comments:
Post a Comment