"Unzhur maa qaala walaa tanzhur man qaala.." [Ali ra]

Thursday, 23 November 2017

Menikahlah...

Entah mengapa, di setiap melihat pasangan pengantin hati ini terasa bahagia. Bisa jadi ia teresonansi oleh kebahagian pasangan itu. Atau... sesuatu terjadi pada diriku?
Menikah adalah impian bagi mereka yang masih sendiri. Impian mau menikah dengan siapa, impian tema pestanya apa, impian fotografernya siapa, impian tata riasnya siapa, impian cateringnya mana, dimana menikah, impian tidak ada kesalahan saat prosesi, habis tu mau tinggal dimana, punya anak berapa dan seterusnya. Impian yang di dalamnya dipenuhi kebahagiaan, dan harapan terkabul semua mimpi itu. Iya betul.... Semua terjadi saat masih sendiri.
Menikahlah bukan saja menyatukan dua anak manusia, tapi menyatukan dua masyarakat yang jauh berbeda. Luruskan niat dan selalu mengingat niat mengapa harus menikah akan menjadi semangat dalam menjalani pernikahan.
Menjadi pasangan pengantin semestinya full bahagia. Bebaskan mereka berekspresi. Bebaskan mereka dari hiruk pikuk kerepotan yang ada. Biarkan mereka merealisasikan impiannya. Jika ada salah, tuntunlah agar lurus. Guyur saja mereka dengan doa ketulusan. Agar di saat mereka menjalani kehidupan pernikahan, tahan akan onak dan duri rumah tangga.

Mari berbahagia...

Thursday, 14 September 2017

Belajar antri dengan baik

Jalanan yang tadinya lengang sepanjang jalur lambat ring road selepas jln imogiri barat ke arah timur, mendadak terlihat  kemacetan. Setelah mendekati kemacetan baru nampak ternyata antrian cek perlengkapan kendaraan. Sejujurnya perasaanku tadi membisikiku untuk belok kanan jln paris, tapi logikaku menuntunku untuk terus. Sejatinya tidak masalah bagiku dengan perlengkapanku, hanya aku harus sedikit mempertebal sabarku atas antrian panjang ini. Ada tiga poltas diujung antrian, otomatis ada tiga baris yang sabar mendekat. Memindah posisi tas bagiku sama halnya menyiapkan perlengkapan yang pasti ditanyakan. Aku memilih posisi barisan tengah. Bagi mereka yang lama dalam menyiapkan perlengkapan lebih memilih menunda masuk barisan antrian, dan itu bagus menurutku. Mendekati antrian ketiga mendadak ibu ibu samping kiriku mengajakku ngobrol sejenak. Dua antrian depan ku beres, lancar. Tapi tidak begitu halnya dengan ibu ibu samping kiriku, ketika aku masuk antrian kedua, beliau berada di posisi ketiga.. Dan saat antrian depanku lolos, ibu samping kiriku mendadak menyerongkan motornya kearah kanan. Ke arah antrianku. OMG... karena sudah tepat di depan poltas, otomatis poltas melaksanakan tugasnya. Eeeeehhhh.... Ternyata ibu itu msh nyari nyari perlengkapannya akhirnya poltas mengalihkan ke antrian kananku yang kebetulan petugas sisi kanan sedang melakukan tugas lain. Ada yang membuatku tertegun diakhir peristiwa ini. Ibu itu ternyata SIM nya sudah kadaluwarsa, hingga diminta untuk menepi. Oh ternyata... Beliau pingin ditilang segera, mungkin. 
#budayakanantri
#hargaisesama
#belajarsabardisuasanaapapuniniyangsulit

Thursday, 9 March 2017

Fatir (Pencipta)

"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS. Fatir : 32)
Ahad, 5 Maret 2017 lalu seperti Ahad sebelumnya saya terlambat mengikuti kajian, kebiasaan buruk, ☺... Saya tidaak mengenal Ustadz pengisi kajian, tapi saya langsung tertarik dengan tema hari itu. Al Qur'an Surat Fatir : 32. Bahwa hamba Allah terbagi menjadi tiga kelas, begitu beliau menjelaskan yaitu :

  • Kelas 1 ; orang yang menganiaya diri mereka sendiri, cirinya adalah : - suka mengeluh, sedikit sedikit mengeluh, -suka komentar negatif, semua hal di komentari,
  • Kelas 2 ; kelas menengah, kelas pembelajar, belajar ikhlas menerima segala sesuatu, jika mendapat perlakuan ataupun keadaan semua dikembalikan ke Allah. 
  • kelas 3 : Orang orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Mereka adalah orang-orang fastabiqul khoirot, orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan.
Masuk kelas mana saya? Mendengar penjelasan Ustadz hati saya terasa tertusuk. Tertusuk oleh sikap saya ketika mendapati suatu hal. Teringat lisan saya yang sering komentar, komentar yang tidak perlu, bahkan mungkin bisa menyakiti orang yang saya komentari. Ah...ternyata masih kelas 1. Terima kasih atas nasehatnya Ustadz. Meski sedikit yang terserap oleh saya, tapi ada yang menghunjam tajam sampai relung hati.
Sebuah harapan, sampai detik ini, Kamis, 9 Maret 2017, senantiasa teringat kelas saya dan berniat dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kelas saya. Semoga....