"Unzhur maa qaala walaa tanzhur man qaala.." [Ali ra]

Sunday, 17 April 2011

Pahamilah Tulang Rusukmu


Tulisan sangat meng-inspirasi,  saya copy paste dari blog anungumar.wordpress.com. Alangkah indahnya risalah ini mengajarkan. Ada kalanya kita melihat satu sisi tanpa mau melihat sisi yang lain, bahwa sisi lain yang tak ingin kita lihat itu justru bermuatan hikmah, bernilai indah. Ilmu baru saya peroleh dari tulisan ini, dan semoga mampu meng-inspirasi.

“Sebagian orang begitu bersemangat berbicara tentang hadis ini, menyebarkan dan menekankannya secara berlebihan kepada masyarakat sehingga membuka peluang bagi kalangan orientalis untuk menyerang islam dan membuat fitnah di tengah-tengah orang awam, ‘Lihatlah, wanita terancam dalam islam!’ kata mereka mengomentari hadits ini“

Demikianlah kurang lebih perkataan yang disampaikan seorang dosen beberapa waktu lalu di kelas. Perkataan beliau itu muncul ketika sedang mengomentari suatu hadits yang sedang dipelajari. Hadits yang mungkin sudah tidak asing lagi di tengah-tengah kita. Hadits apakah itu? Hadits itu yaitu: “Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang (untuk melakukan hubungan suami istri) namun ia tidak menyambutnya, sehingga suaminya tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka para malaikat pun melaknatnya sampai pagi hari. “(HR.Bukhari dan Muslim)

Beliau berkata (dalam bahasa Arab yang artinya kurang lebih), “Betul, kita meyakini dan menerima hadits ini dan tidak mengingkarinya, tapi jangan sampai kita memegang mati-matian hadits ini dan melupakan berbagai hadits lain tentang perintah untuk mempergauli wanita dengan baik. ”

Beliau lalu berkata, “Ketika seorang suami hendak mengajak istrinya untuk melakukan hubungan badan, maka jangan serampangan, hendaknya perhatikan pula kondisi fisik dan psikis istrinya. Namun, sangat disayangkan, sebagian suami menyuruh istri mereka kerja di luar rumah dengan alasan untuk membantu keuangan keluarga sehingga ia menghabiskan banyak waktu di luar. Ketika si istri ini pulang, tiba-tiba si suami memintanya untuk melakukan hubungan pasutri, tentu saja si istri kemungkinan besar menolak, sebab ia kecapaian, tenaganya sudah terkuras karena pekerjaan, sehingga hilanglah syahwatnya, tidak ada lagi selera untuk melakukan hubungan badan atau yang lebih kita kenal dengan nama frigid. Dan fenomena inilah (frigid) yang banyak terjadi di kalangan wanita zaman sekarang, ya ikhwah “

Lantas apakah penyebab frigid itu cuma karena keletihan? Tiba-tiba pertanyaan itu muncul di kepala. Ternyata pertanyaan itu terjawab oleh beliau. “Selain itu, sikap keras suami terhadap istri juga bisa menghilangkan mood seorang istri untuk melayani suami. Atau, bisa juga ketika ia melakukan hubungan suami istri ia lakukan secara kasar sehingga akhirnya tertekan psikisnya (istrinya) dan otomatis hilanglah gairahnya. Maka hendaknya perkara seperti ini harus diperhatikan oleh para suami. “

Subhanallah, bagus juga perkataan beliau. Sangat cocok untuk orang-orang ‘bertitel’ “suami” yang mendominasi isi kelas.

Beliau menambahkan, “Jadi, kalian jangan cuma bisa menuntut hak-hak kalian, tapi kalian sendiri tidak menunaikan hak-hak pasangan kalian.” Perkataan yang menampar! Entah siapa yang beliau tampar dengan perkataannya ini, apakah Antum merasa tertampar?

Beliau juga membacakan hadits:

“Berwasiatlah kepada wanita dengan baik, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Kalau engkau luruskan ia akan patah dan bila kau biarkan, akan tetap bengkok. Maka nasehatilah para wanita dengan baik. “(HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau berkata, “Hadits inilah yang perlu jadi acuan bagi seseorang dalam bergaul dengan seorang wanita (istri). Hendaknya senantiasa menasehatinya dengan baik. Karena disebutkan dalam hadits ini bahwa mereka itu diciptakan dari tulang bengkok, kalau diluruskan akan patah. Namun bila didiamkan saja akan terus bengkok. “

Beliau berkata lagi, “Jadi, perlu kesabaran dalam mendidik seorang istri itu, tidak bisa tergesa-gesa. Sebab bila tergesa-gesa memperbaikinya itu akan menyebabkannya patah, dan patahnya itu apa? Pisah. Sedangkan kalau dibiarkan saja, ia akan tetap dalam keadaannya yang seperti itu. Maka sabarlah. Jangan kalian terlalu berharap istri kalian 100% menunaikan hak kalian, itu tidak realistis. Sebab, pasti ada saja kebengkokan (kekurangannya) pada dirinya. Makanya, disinilah pentingnya tafahum(saling memahami dan memaafkan atas kekurangan yang didapatkan dari satu sama lain). Dan itulah faktor penting yang akan membuat rumah tangga menjadi langgeng. “

Hmm..Tafahum. Kata yang baru. Perlu dipraktekkan. Lantas bagaimana mempraktekkannya?

“Kalau kalian mengharapkan mereka tidak memiliki ‘cacat’, lantas kalian sendiri bagaimana? Ingatlah hadits Nabi kita yang bagaimana bunyinya? yaitu: ‘Janganlah seorang mukmin membenci mukminah, jika dia membenci salah satu perangainya, niscaya dia akan ridha dengan perangainya yang lain.” ujar beliau.

Subhanallah, betul juga perkataan beliau. Tafahum.. Ya, betul, tafahumTafahum itu suatu yang penting dalam kehidupan manusia. Tak ada kehidupan yang tentram dan damai tanpa ada tafahum.

Kalau dalam pertemanan dengan teman-teman di sekolah, kantor, dan tempat kerja lainnya saja sangat dibutuhkan tafahum untuk menjaga keharmonisan sesama, lantas apalagi dengan teman satu ikatan, satu atap dan satu… yang akan mendampingi seumur hidup tentunya.

Jadi, seakhwat-akhwatnya seorang akhwat, tetaplah ia seorang wanita, bukan bidadari. Ada kelebihan padanya, dan adapula kekurangannya. Maka hendaknya tafahum.

Sesalihah-salihahnya seorang wanita salihah, tetaplah ia seorang wanita. Ia memiliki kelebihan yang banyak, tapi jangan lupa, ia juga bukan bidadari. Maka hendaknyatafahum.

Sebagaimana kalian mengharapkan pasangan kalian menunaikan hak-hak kalian, maka hendaknya demikian pula kalian, tunaikanlah hak-hak pasangan kalian.

Sebagaimana kalian menghendaki istri kalian salihah, maka hendaknya demikian pula kalian, jadilah orang yang saleh.

Jika kalian menghendaki pasangan kalian menjadi Aisyah, maka jadilah kalian Muhammad صلى الله عليه وسلم. Jika kalian menghendaki pasangan kalian menjadi Fathimah, maka jadilah kalian Ali bin Abi Thalib. Maka tafahum-lah.

Dan tafahum inilah, sebagaimana kata dosen di atas, salah satu faktor yang akan menyelamatkan rumah tangga dari keretakan dan pahitnya perpisahan. Ada seseorang berkata, “Kepala saya udah panas (karena percekcokan), hampir aja saya cerain istri, tapi waktu inget kebaikan-kebaikannya, saya jadi nggak tega untuk cerain dia. “ Perkataan yang perlu diambil pelajaran. Perkataan yang muncul tidak hanya dari lisan satu atau dua orang saja, melainkan berkali-kali telinga ini mendengar seperti itu.

Dan itulah yang diarahkan oleh Nabi kita di dalam hadits di atas. Dan yang dituntunkan pula oleh Rabb kita dari atas langit ke tujuh:  “Dan pergaulilah mereka (istri-istri kalian) dengan baik. Kemudian bila kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. “ (An-Nisa: 19)



Jakarta, 11 Jumadil Awwal 1432/15 April 2011

Friday, 15 April 2011

Astaghfirullah...


Tak biasa aku sendiri begini. Membisu, berkawan tumpukkan buku-buku di meja kantor, juga deretan buku kawan-kawan penghias meja mereka. Terakhir kawan kantor pamitan dengan mata tak tega meninggalku, pukul 13.30 WIB. Hmmm...hingga 15.00 WIB bakalan sendirian. Suara molen, pekerja bangunan yang menambah bangunan lantai 2 menderu mengalahkan suara streaming-ku. Aku coba menambah volume streaming. Hasil pertarungan, suara molen seakan masuk lewat telinga kiri, suara streaming seakan masuk telinga kanan. Aroma bawang putih dari makan siangku menyengat. Lotek, campuran berbagai sayuran dengan bumbu kacang tanah, cabe, bawang putih, kencur, daun jeruk, terasi, air asam, ditambah ketupat dan krupuk. Wuih...kadang diri ini sering tergoda meski menu ini tak satu kali pun aku makan dalam waktu satu bulan. Sebenarnya aku tadi hanya membeli setengah porsi, tapi masya Allah, setengah saja harus aku makan dengan jeda. Aku harus memberi ruang gerak isi lambung ini. Padahal lotek jika tidak sekali habis rasanya akan jadi aneh. Hmmm...mau gimana lagi. Meski tadi pagi sarapan bubur seharga Rp. 1500,- saja, plus sebutir telur rebus ternyata tak mengubah jumlah makanku.
Aku jadi ingat, ahad lalu.
“Assalaamu’alaikum!!!”  salam itu mengusik kenyamanan kami melalui lubang angin jendela kamar. Sepertinya aku mengenal suara itu. Pukul 21. 14 WIB. Lampu ruang tamu rumah sudah dimatikan. Seluruh penghuni rumah kami sibuk di kamar masing-masing. “Mau ngapain ya...” celetuk si bungsu. “Nganter nasi kali” tebakku. Kami berdua tak beranjak meski sudah menjawab salam. Adikku yang berada di kamar sebelah terdengar membukakan pintu.  Sayup-sayup kami mendengar percakapan di luar. “Astaghfirrullahal’adziiim...” guman si bungsu. Beberapa detik berikutnya tawa kami pecah. “Wong di kasih makanan orang kok malah istighfar yo Mbak”, katanya. “Sudah jam segini, lagian makanan kita masih sisa banyak kan Mbak,” lanjut dia. “ Kita simpan untuk besuk pagi...” sahutku. Benar. Sepupu kami mengirim makanan. Kami tidak tahu kalau mereka ada acara.
Dua hari dapur kami tidak mengepul. Hari sebelumnya kami mendapat kiriman makanan dari kakak ipar. Malamnya kami membawa pulang lagi makanan karena mengikuti acara di rumahnya. Dari pada mubazir, akhirnya kami simpan saja untuk esuk paginya. Alhamdulillah tidak perlu masak. Cukup untuk makan pagi dan makan siang. Belum juga kami makan siang, eeee...kami dapat kiriman makan siang plus kotak syukuran dari saudara yang aqiqah-an. Alhamdulillah dapat makanan segar. Ba’da ashar kami ke rumah mereka berniat membantu mengantar makanan ke tetangga. Dan tentu saja di sana kami disuruh makan. Aku sedang ada jadual puasa saat itu, maka aku katakan saja, maaf aku puasa. Kedua adikku meski belum lapar, akhirnya makan untuk menghormati mereka. Menjelang maghrib kami ijin pulang, kedua adikku pulang lebih dulu. Keberuntungan, disebabkan aku tidak makan di sana maka jatah makanku dibawain pulang, “Untuk buka puasa di rumah,” kata saudaraku khawatir makanan di rumah habis. Aku sudah berusaha meyakinkan mereka bahwa di rumah masih banyak. Tak mempan. Akhirnya aku dibawain lauk tanpa nasi. Alhamdulillah.
“Mbak, dapet syukuran aqiqah dari Mbak Bekti,” kata adikku menyambut kedatanganku. “Alhamdulillah...padahal aku juga dibawain makanan Bu Tukinah lho, banyak banget...” sahutku. Bekti, salah satu sahabat baikku. Rumahnya sekitar 6 km dari rumahku. Sering sekali dia mengirim makanan ke tempatku. Alhamdulillah ya Allah. kami benar-benar berlimpah rezeki, dan tidak juga berbagi ke tetangga dekat karena kami tahu bahwa mereka juga mendapat rezeki melalui saudara kami yang syukuran. Akhirnya sisa makan malam kami, kami simpan untuk esuk hari hingga kami mendapat tambahan rezeki lagi.

kesukaanku ^_^
Istighfar mungkin ucapan paling tepat yang mesti kami lafazkan. Agar limpahan nikmat ini tak berujung ujian yang membuat kami terlena. Agar kami tak menyantap makanan berlebih ke dalam perut ini meski kami memiliki lebih. Agar kami mampu menyimpan makanan dengan baik sehingga ia tak terbuang percuma. Agar kami tak memubazirkan mereka. Agar kami mampu mengatur waktu makan dan teguh dalam etika. Agar setiap suap yang kami masukkan menjadi energi menuju-Mu. Agar setiap suap ini kami barengi Asma-Mu penuh kesyukuran.
Aku kemudian teringat akan risalah ini. Betapa mulianya Islam mengajarkan. Ini tentang makanan. Makan adalah kewajiban. Dengan makan seorang muslim memperoleh kekuatan untuk beribadah. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn Umar: ”Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak yang harus kamu penuhi”. Namun demikian ada batasan dalam mengkonsumsi makanan, yaitu menjauhi sikap berlebihan dan rakus. Banyak sekali dalil yang menekankan hal ini. Allah berfirman, ”Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A’raf ayat 31). Juga di surat Thaha ayat 81, Makanlah diantara rezeki yang baik yang telah Kami berikan pada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya”.
Rasulullah SAW juga telah memerintahkan untuk mengatur waktu makan dan berpegang teguh pada etika, sebagaimana sabda Beliau, ”Kami adalah orang-orang yang tidak makan kecuali setelah lapar, dan bila makan kami tidak sampai kenyang”. Beliau juga bersabda, Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim). Hadis ini menjelaskan bahwa makanan dalam porsi minimal pun sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok anak cucu Adam. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Imam Ahmad dan Darimi, Rasulullah SAW juga bersabda, ”Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang sebenarnya cukup untuk delapan orang”. Dalam hadits lain disebutkan, ”Sesungguhnya termasuk sikap berlebih-lebihan bila kamu memakan segala sesuatu yang kamu inginkan”. (HR Ibnu Majah). Beliau pun bersabda, Seorang mukmin makan dengan satu usus, sementara orang kafir makan dengan tujuh usus”. (HR. Muslim, Turmudzi, Ahmad, dan Ibnu Majah)
Ada kalanya kita mengalami kekurangan dalam mensikapi sesuatu. Namun tak ada salahnya kita berbenah diri. Demikian juga sikap kita dalam hal makanan. Jika tak ada tempat untuk berbagi, tak ada salahnya mengelolanya agar tak terbuang sia-sia.

Jum’at, 8 April 2011