Setiap membaca doa ini entah mengapa haru menyeruak dalam kalbu. Haru atas persaudaraan yang terikrar meski bukan sedarah. Haru atas persaudaraan hingga engkau menyebut diri ini melebihi saudara sedarahmu. Haru atas persaudaraan yang mampu mengenalimu meski diri pertama bersua. Haru atas persaudaraan yang mampu mengikat meski diri ini entah siapa, engkau juga siapa. Haru atas persaudaraan bak magnet yang mampu menarik diri ini di antara kerumunan menujumu, hingga kerumunan tersibak, terlihatlah engkau kemudian diri ini lebih mengenalmu. Haru atas persaudaraan yang senantiasa menguat di setiap pertemuan. Haru atas persaudaraan meski tak pernah bersua. Haru atas persaudaraan bak oase di padang pasir, yang mampu meluluhkan hati yang membatu. Haru atas persaudaraan yang mampu meleburkan kasta, tahta, juga warna kulit ini. Haru atas persaudaraan yang mampu mudahkanlah apa yang sulit, meringankan apa yang berat, dan memberi jalan keluar apa yang buntu. Haru atas persaudaraan yang menginginkan kita bertetangga di surga Allah. Haru atas persaudaraan dan keikhlasan doa yang mampu mengguncang ‘Arsy. Mengharu biru memohon cinta-Mu ya Rabb...dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu...
Ya Alloh, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul karena kecintaan kami kepada-Mu, bertemu untuk mematuhi (perintah)-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, hati-hati ini telah mengikat janji setia untuk komitmen dalam menjalankan syari’at-Mu maka eratkanlah ikatannya, Ya Alloh. Kekalkanlah kemesraannya antara hati-hati ini. Tunjukilah kepada hati – hati ini akan jalan yang sebenarnya. Penuhilah hati – hati ini dengan nur cahaya Rabbani-Mu yang tidak kunjung pudar. Lapangkanlah hati – hati ini dengan limpahan iman dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidup suburkanlah hati-hati ini dengan ma’rifah tentang-Mu. Jika Engkau mentakdirkan mati maka wafatkanlah pemilik hati – hati ini syahid di jalan-Mu. Engkau-lah sebaik-baik sandaran dan sebaik – baik penolong. Ya Alloh, perkenankanlah permintaan ini. Ya Alloh, restuilah dan sejahterakanlah junjungan kami Muhammad, keluarga, dan para sahabat Baginda semuanya. Aaamiin
Momentum Dulhijjah terlewat sudah...tahun baru Hijriah tiba. Bulan Muharom, salah satu dari keempat bulan haram (Muharam, Rajab, Zulkaidah, dan Zulhijah) sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an surat At-Taubah:36.
Momentum Muharrom, dapat kita ketahui dari beberapa riwayat berikut ini ;
1.Dari Ibnu Abbas r.a Rosulullah SAW bersabda,” Siapa yang puasa pada hari ‘aasyuura maka Allah akan memberi kepadanya pahala sepuluh ribu malaikat, dan siapa yang puasa pada hari ‘aasyuuraa’ maka akan diberi pahala sepuluh ribu orang berhaji dan umroh, dan sepuluh ribu orang mati syahid, dan siapa yang mengusap kepala anak yatim pada hari ‘aasyuura maka Alloh akan menaikkan dengan tiap rambut satu derajat. Dan siapa yang memberi buka puasa pada orang mukmin yang puasa ‘aasyuuraa’ maka seolah-olah memberi buka semua ummat Muhammad SAW dan mengenyangkan perut mereka. Sahabat bertanya : Ya Rosulullah, Allah telah melebihkan hari ‘aasyuuraa’ dari lain-lain hari. Jawab Nabi : benar. Allah telah menjadikan langit dan bumi pada hari ‘aasyuuraa’, dan menjadikan bukit-bukit pada hari ‘aasyuura’, dan menjadikan laut pada hari ‘aasyuuraa’ dan menjadikan lauh, qalam pada hari ‘aasyuura’ dan menjadikan Adam juga Hawa pada hari ‘aasyuuraa’, dan menjadikan surga serta memasukkan Adam di surga pada hari ‘aasyuuraa’, dan lahir Nabi Ibrahim pada hari ‘aasyuuraa’, dan Allah menyelamatkan dari api hari ‘aasyuuraa’, dan menenggelamkan Fir’aun pada hari ‘aasyuuraa’, dan menyembuhkan bala’ Nabi Ayyub pada hari ‘aasyuuraa’ dan Allah member taubat kepada Adam pada hari ‘aasyuuraa’, dan diampunkan dosa Nabi Dawud, juga kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman pada hari ‘aasyuuraa’, dan akan terjadi Qiyamat pada hari ‘aasyuuraa’.
2."Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang salat yang paling afdal sesudah salat fardu adalah salat malam." (HR Muslim)
3.Ibnu Rajab al-Hambali mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah (bulan Allah) memiliki dua hikmah.Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharam. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah dalam mengharamkan bulan Muharam. Pengharaman bulan ini untuk perang adalah mutlak hak Allah saja, tidak seorang pun selain-Nya berhak mengubah keharaman dan kemuliaan bulan Muharam.
4.Aisyah--semoga Allah meridainya-pernah ditanya tentang puasa 'aasyuura, ia menjawab, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. puasa pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada hari itu atas hari-hari lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam." (HR Muslim).
5.Pada zaman Rasulullah, orang Yahudi juga mengerjakan puasa pada hari 'aasyuura. Mereka mewarisi hal itu dari Nabi Musa. Dari Ibnu Abbas r.a., ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa. Rasulullah saw. bertanya, "Hari apa ini? Mengapa kalian berpuasa?" Mereka menjawab, "Ini hari yang agung, hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir'aun. Maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa." Rasulullah saw. bersabda, "Kami orang Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa daripada kalian."
6.Abu Qatadah berkata, Rasulullah saw. Bersabda, "Puasa 'aasyuura menghapus dosa satu tahun, sedang puasa arafah menghapus dosa dua tahun." (HR Muslim, Tirmizi, Abu Daud).
7.Pada awalnya, puasa 'aasyuura hukumnya wajib. Namun, setelah turun perintah puasa Ramadan, hukumnya menjadi sunah. Aisyah r.a. berkata, "Rasulullah saw. memerintahkan untuk puasa 'aasyuura sebelum turunnya perintah puasa Ramadan. Ketika puasa Ramadan diperintahkan, siapa yang ingin boleh puasa 'aasyuura dan yang tidak ingin boleh tidak berpuasa 'aasyuura." (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi).
8.Ibnu Abbas r.a. menyebutkan, Rasulullah saw. melakukan puasa 'aasyuura dan beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat berkata, "Ini adalah hari yang dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Tahun depan insya Allah kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharam." Namun, pada tahun berikutnya Rasulullah telah wafat. (HR Muslim, Abu Daud). Berdasar pada hadis ini, disunahkan bagi umat Islam untuk juga berpuasa pada tanggal sembilan Muharam. Sebagian ulama mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9, 10, 11 Muharam. Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Puasalah pada hari 'aasyuura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah sehari sebelum 'asyuura dan sehari sesudahnya." (HR Ahmad).Ibnu Sirrin melaksanakan hal ini dengan alasan kehati-hatian. Karena, boleh jadi manusia salah dalam menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh jadi yang kita kira tanggal sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal sepuluh. (Majmuu' Syarhul Muhadzdzab VI/406) . Wallahu a'lam.
Momentum Perubahan
Merubah diri untuk senantiasa membaik baik iman juga akhlak kita dengan penuh perencanaan dari awal. Seperti termuat dalam Al Qur’an, Allah berfirman ;
''Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat).'' QS 59:18
Hadist Rasulullah, ''Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.''
Segala sesuatunya kembali pada diri kita, mau atau tidak merencanakan masa depan yang lebih baik. Memang...menjadi lebih baik tak harus menunggu tahun baru, tapi tak ada salahnya kita menggunakan tahun baru untuk instropeksi diri. Mengevaluasi diri. Bermimpi dan merancang ikhtiar untuk mewujudkan mimpi kita itu. Jadikanlah momentum muharraom sebagai momentum perubahan. Jika tidak sekarang, kapan lagi?
“SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH... SEMOGA ALLAH SWT SENANTIASA MEMBERKAHI DI TIAP HEMBUSAN NAFAS KITA, MEMUDAHKAN URUSAN-URUSAN KITA, MELAPANGKAN NIKMAT-NYA”